"Kamu datang di saat aku butuh, lantas ini apa jika bukan cinta?" Mungkin seharusnya sejak awal aku tidak menerimamu masuk ke dalam kehidupanku. Mungkin seharusnya sejak awal aku tidak membiarkanmu menghangatkan ruang yang dibiarkan terkubur lama dalam kedinginan dan kesunyian itu. Mungkin aku yang salah mengizinkanmu menjadi seseorang yang penting dalam kehidupanku. Kamu datang di saat aku butuh. Salahku adalah melibatkanmu dalam setiap kekosongan ini. Hari-hariku menjadi terisi dan penuh kebahagiaan sejak kamu selalu menghiasinya dengan kata-kata yang manis dan hangat. Aku memilih jatuh hati kepadamu di saat aku tahu semesta tidak akan pernah berpihak pada hubungan ini. Setiap hari aku mengutuk diriku sendiri mengapa aku membiarkan diriku mencintaimu sedalam itu, yang aku sendiri tidak tahu apakah perasaanmu nyata padaku atau hanya semu karena kesepian. Tapi setiap kali aku berusaha mengeraskan hatiku untuk tidak meneruskan perasaan ini, kamu selalu ada di sana membuatku
Ini adalah surat kecil teruntuk dia yang semenjak kehadirannya di dunia, membuat aku terlahir kembali untuk kali kedua. Asal tahu saja betapa aku bangga menjadi seorang ibu lewat hadiah terbaik nan istimewa yang Tuhan beri lewat hidupmu. Rasa sakit yang jauh lebih dari yang pernah kurasakan dirasakan saat proses melahirkanmu, itupun semuanya lunas terbayar saat mendengar suara tangismu di hari itu. Hai, anakku! Saat kamu membaca ini diusia berapakah kamu? Aku menulis ini agar kelak suatu saat nanti bila aku tidak lagi ada di sampingmu dan kamu telah cukup dewasa untuk memahami semuanya, aku harap kamu tahu betapa aku sangat bersyukur Tuhan membentukmu dalam rahimku lewat dia yang kunikahi meski akhirnya perjalanan ini tidak sesuai ekspetasiku bahwa kamu akan bertumbuh di keluarga yang utuh dan dipenuhi cinta dari kedua orang tua yang saling mencintai sampai maut memisahkan kami. Namun aku tahu kamu anak yang kuat, kamu anak yang hebat. Tentu saja karena kamu lahir dari rahim seorang